Hidroponik adalah sistem budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tahukah anda bahwa ada apa saja macam sistem hidroponik. Yuk simak penjelasan sistem hidroponik sebagai berikut:
1. Hidroponik Sistem NFT
Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) adalah salah satu sistem hidroponik yang menggunakan sistem sirkulasi nutrisi. NFT mensirkulasi aliran nutrisi tipis atau serupa dengan film. NFT bertujuan agar tanaman mendapatkan nutrisi, air dan oksigen secara bersamaan. NFT efisien karena penggunaan aplikasi air dan nutrisi yang bersamaan dapat menghemat tenaga kerja dan waktu.
Sistem NFT harus menggunakan listrik untuk pompa air yang berfungsi untuk sirkuasi nutrisi. Air dan nutrisi dipompa ke seluruh bagian akar tanaman dan dialirkan kembali ke tandon dan disirkulasi kembali ke akar tanaman. Nutrisi disirkulasikan 24 jam penuh agar tanaman tidak kekurangan unsur hara. Kekurangan unsur hara menyebabkan tanaman mengalami defisiensi unsur hara yang dapat menurunkan produktifitas tanaman.
Kebutuhan utama NFT adalah instalasi untuk sirkulasi nutrisi dan sistem tanam. Pompa dan tandon dalam sistem NFT harus disesuaikan dengan jumlah tanaman yang ditanam. Instalasi NFT menggunakan kemiringan antara 1-5 derajat yang berfungsi mempermudah pergerakan sirkulasi air nutrisi.
Kelebihan NFT antara lain pertumbuhan tanaman lebih baik, lebih cepat, tanaman lebih seragam karena sirkulasi air dan nutrisi tercukupi, serta oksigen yang cukup menambah pertumbuhan yang optimal. Sirkulasi nutrisi dan air menyebabkan kecilnya terjadinya endapan nutrisi, residu dan kotoran yang mengakibatkan tanaman mengalami stres dan toksistas.
Sistem NFT menggunakan instalasi horisontal dan vertikal, namun lebih dominan menggunakan instalasi horisontal. instalasi horisontal untuk mempermudah tanaman menangkap cahaya lebih banyak. Kebutuhan cahaya yang tercukupi mampu membuat tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga, dalam budidaya hidroponik sistem NFT lebih banyak dipilih dan digunakan.
Selain kelebihan, kekurangan NFT antara lain modal awal pembuatan instalasi relatif cukup mahal, menggunakan listrik secara 24 jam dan penyebaran hama dan penyakit yang dapat terjadi secara merata. Saat terjadi listrik padam tanaman akan cepat layu, terutama pada saat siang hari. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara selalu rutin melakukan montoring hama, penyakit, listrik dan nutrisi.
2. Hidroponik Sistem DFT
DFT (Deep Flow Technique) adalah sistem hidroponik yang mensirkulasi air dan nutrisi dengan menggunakan metode genangan. Sirkulasi DFT dari tandon ke seluruh akar tanaman dikembalikan lagi ketandon untuk disirkukasikan lagi ke akar tanaman. Genangan ini bertujuan untuk membuat akar tanaman terendam air dan nutrisi sehingga tanaman mendapatkan kebutuhan unsur hara dengan baik.
Genangan air dan nutrisi ini memiliki ketinggian sekitar 4 – 5 cm. Genangan yang terlalu tinggi menyebabkan akar tanaman dapat mengalami pembusukan akar dan dapat membuat tumbuhnya jamur yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Nutrisi yang disirkulasikan harus selalu diihat agar tidak jenuh dan mengendapan. Nutrisi yang mengendap dapat menjadi toksin yang menyebabkan tanaman menjadi toksisitas.
Sirkulasi DFT menggunakan listrik sebagai penggerak pompa nutrisi untuk mensirkulasikan keseluruh akar tanaman. Tergenangnya air dan nutrisi dapat sebagai penyelamat tanaman ketika terjadi listrik padam. Saat listrik padam tanaman masih mendapatkan kebutuhan air dan nutrisi. Berbeda dengan sistem NFT yang menggunakan metode kemiringan, instalasi DFT ini dibuat dengan keadaan sejajar. Hal ini berfungsi agar dapat mempertahankan nutrisi dalam kondisi tergenang.
DFT menggunakan instalasi horisontal atau vertikal, tetapi yang sering diaplikasikan adalah dengan vertikal sehingga dapat menambah jumlah populasi tanaman, lebih efisien dan menghemat tempat serta dapat diaplikasikan dilahan yang sempit. Pembuatan instalasi vertikal harus diperhatikan agar kebutuhan cahaya tercukupi, karena instalasi vertikal yang salah dapat menimbulkan terjadinya naungan satu tanaman dengan tanaman lainnya.
3. Hidroponik sistem sumbu
Hidroponik sistem sumbu (wick system) adalah sistem hidroponik yang paling sederhana. Dikatakan sederhana karena wick system tidak perlu menggunakan instalasi dan listrik dalam budidaya. Sistem sumbu dapat dipraktikkan pada skala rumahan atau hobi karena menggunakan alat dan bahan yang cukup mudah untuk didapatkan. Wick system menggunakan kapilaritas dengan kain flanel untuk membantu nutrisi diserap ke akar tanaman.
Kelebihan wick system adalah mudah diaplikasikan, murah dan hemat biaya. Namun, kekurangan wick system adalah harus sering dilakukan pengadukan dan pergantian nutrisi sehingga tidak hemat tenaga. Selain itu, tanaman sering kali mengalami kurangnya oksigen yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
4. Hidroponik Rakit Apung
Rakit apung merupakan sistem hidroponik yang dikategorikan sederhana dan mudah untuk diaplikasikan. Rakit apung dapat dijadikan sebagai hidroponik skala kecil (rumahan) atau hobi hingga skala besar (industri). Sistem sederhana karena memerlukan alat dan bahan yang mudah diperoleh. Cara pembuatannya terbilang sangat mudah dan dapat dibuat dengan biaya yang lebih murah.
Rakit apung menggunakan metode yang hampir sama dengan metode wick system karena tidak melakukan sirkulasi nutrisi. Sistem ini, akar langsung menyerap nutrisi tanpa menggunakan kain flanel. Sehingga jumlah nutrisi mengikuti sistem pergerakan panjang akar tanaman.
Kebutuhan yang digunakan untuk rakit apung meliputi sterefoam, tandon nutrisi dan netpot. Rakit apung terbilang sederhana karena sistem ini dapat menggunakan listrik atau tidak. Listrik yang digunakan hanya untuk penggerak aerator untuk penambahan oksigen dan ketika listrik padam tidak akan mengganggu sistem pertumbuhan tanaman. Rakit apung dalam skala besar dapat memproduksi tanaman dengan cukup baik.
5. Hidroponik Dutch Bucket
Dutch Bucket adalah metode yang sering digunakan untuk budidaya dengan jenis tanaman yang memiliki akar tunggang. Tanaman yang dapat dibudidayakan menggunakan metode ini adalah melon, cabai, paprika dan tomat. Sistem ini menggunakan metode nutrisi yang terserap langsung oleh akar tanaman dan sisanya akan dibawa ke tandon untuk disirkulasikan kembali. Dutch Bucket dapat menggunakan media tanam padat untuk berkembangnya akar. Media padat yang sering digunakan adalah arang sekam, cocopeat, coccogrow, hidroton, pecahan batu bata dll.
Kebutuhan nutrisi disistem ini menggunakan irigasi tetes, nutrisi langsung dari bagian atas yang dialirkan kearah bawah sehingga dapat diterima akar dengan baik. Nutrisi ini diambil dari tandon yang dialirkan lewat pipa dan didistribusikan ke tanaman menggunakan selang dengan metode tetes. Jadi, pada sistem ini yang diperlukan adalah ember, pipa, pompa, selang, tandon dan media tanam padat. Dutch Bucket cukup mudah untuk digunakan dan menggunakan listrik. Untuk mengatur jumlah kebutuhan nutrisi dapat menggunakan timer. Kebutuhan oksigen yang akan didapatkan sistem ini akan tercukupi dengan optimal.
Kelebihan sistem ini adalah tanaman mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, lebih flexibel dapat digunakan pada skala kecil dan skala besar, tanaman lebih optimal pertumbuhannya dan mudah diaplikasikan. Namun, kekurangan dutch bucket yakni penggunaan media tanam padat akan dapat menyumbat sistem sirkulasinya.