Artikel ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak mana pun dan tidak bertujuan menilai benar–salah praktik yang sedang berjalan.
Pembahasan dilakukan dari sudut pandang logika bisnis pertanian, khususnya terkait keberlanjutan pasar, perencanaan produksi, dan stabilitas usaha jangka panjang.
Wisata petik melon adalah konsep yang menarik dan telah diterapkan di berbagai daerah. Dalam jangka pendek, model ini sering menunjukkan hasil yang terlihat positif: kebun ramai, produk terserap langsung, dan harga jual terasa lebih baik. Namun pertanyaan yang perlu dikaji lebih jauh adalah apakah model ini memiliki prospek sebagai strategi jangka panjang, terutama jika dijadikan saluran utama penjualan.
Di titik inilah kesalahan persepsi mulai terbentuk.
Masalah Utamanya Bukan Wisata, tapi Narasinya
Wisata petik melon sering ditampilkan sebagai:
- kebun ramai
- panen langsung habis
- harga terlihat tinggi
- suasana menyenangkan
Narasi ini tidak sepenuhnya salah, tetapi sangat tidak lengkap.
Yang jarang disampaikan secara jujur adalah:
- kunjungan sangat fluktuatif
- penjualan bergantung pada momen
- biaya wisata berjalan terus, bahkan saat sepi
- panen tidak bisa menunggu pengunjung
Ketika sisi ini tidak disampaikan, wisata petik melon berubah dari kanal tambahan menjadi iming-iming yang menyesatkan.
Wisata Bekerja dengan Logika Atraksi, Bukan Logika Produksi
Pertanian bekerja dengan sistem biologis:
- siklus tanam tetap
- panen tidak fleksibel
- produksi tidak bisa dipercepat atau ditunda sesuka pasar
Wisata bekerja dengan logika atraksi:
- tergantung minat publik
- sangat dipengaruhi tren
- ramai saat momen tertentu
- sepi tanpa promosi
Ketika wisata dijadikan fondasi utama penjualan, dua logika yang bertolak belakang ini dipaksa berjalan bersamaan.
Hasilnya bukan sinergi, tetapi ketegangan yang terus-menerus.
Distorsi Persepsi bagi Pendatang Baru
Bahaya terbesar dari tren wisata petik melon bukan pada petani yang sudah berpengalaman, tetapi pada pendatang baru.
Mereka masuk dengan asumsi:
- “asal kebunnya menarik, pembeli akan datang”
- “panen bisa dijual langsung lewat wisata”
- “wisata adalah solusi pasar”
Padahal, wisata bukan pasar.
Ia tidak menjamin pembelian berulang, tidak memberi kepastian volume, dan tidak bisa dijadikan dasar perencanaan produksi.
Ketika realita ini muncul di lapangan, banyak yang merasa:
“Ternyata bertani itu sulit dan tidak stabil.”
Yang gagal bukan pertaniannya, tetapi cara masuknya.
Risiko Sistemik Jika Tren Ini Ditiru Massal
Jika wisata petik melon dijadikan tren tanpa koreksi narasi, beberapa risiko serius bisa muncul:
- Over-supply wisata, bukan produk
Terlalu banyak kebun menawarkan pengalaman serupa, sementara jumlah pengunjung terbatas. - Model rapuh ditiru pendatang baru
Masuk tanpa pasar dasar, tanpa perhitungan volume, tanpa kesiapan manajemen. - Kegagalan beruntun disalahartikan sebagai kegagalan pertanian
Padahal yang gagal adalah model bisnisnya, bukan tanamannya.
Dalam jangka panjang, ini justru merugikan citra pertanian itu sendiri.
Wisata Petik Melon BUKAN Model Aman untuk Memulai
Pernyataan ini perlu ditegaskan dengan jelas:
Wisata petik melon bukan model aman untuk memulai usaha pertanian.
Ia boleh dijalankan jika:
- sudah ada pasar tetap sebagai penopang
- produksi sudah stabil
- wisata diposisikan sebagai kanal tambahan
- risiko fluktuasi disadari sejak awal
Ia menjadi berbahaya jika:
- dijadikan tulang punggung penjualan
- dipromosikan sebagai “cara cepat”
- dijual sebagai solusi utama pasar
Dalam konteks kedua inilah wisata berubah dari peluang menjadi jebakan.
Wisata Harus Diletakkan pada Porsi yang Tepat
Wisata petik melon tidak perlu ditolak, tetapi harus ditempatkan secara proporsional:
- sebagai sarana edukasi
- sebagai penguat branding
- sebagai diversifikasi pemasukan
Bukan sebagai fondasi utama keberlanjutan usaha.
Penutup: Meluruskan, Bukan Menjatuhkan
Artikel ini ditulis bukan untuk menjatuhkan praktik wisata petik melon, tetapi untuk meluruskan persepsi yang terlalu manis.
Pertanian yang sehat dibangun di atas:
- pasar yang berulang
- volume yang bisa direncanakan
- sistem yang tahan fluktuasi
Wisata bisa mempercantik usaha,
tetapi tidak boleh menggantikan fondasinya.
Meluruskan narasi sejak awal jauh lebih penting daripada membiarkan banyak orang masuk pertanian dengan harapan yang salah—lalu keluar dengan kekecewaan yang seharusnya bisa dicegah.






